Tuesday, January 5, 2021

Uji Statistik Deskriptif

 STATISTIK DESKRIPTIF

 

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk memberikan uraian tentang permasalahan atau suatu keadaan tertentu tanpa ada perlakuan terhadap objek yang akan diteliti. Statistik deskriptif atau disebut juga statistik deduktif adalah teknik statistik yang memberikan informasi hanya mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud untuk menguji hipotesis dan kemudian menarik inferensi (kesimpulan) yang digeneralisasikan untuk data yang lebih besar atau populasi.

Statistik deskriptif ini digunakan untuk memberikan deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata, standar deviasi (standar deviation), serta maksimum-minimum. Mean digunakan untuk memperkirakan besar dari rata-rata populasi yang dapat diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersi rata-rata dari semua sampel. Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai minimum dan maksimum dari populasi.

Statistik deskriptif dapat memberikan gambaran mengenai data yang bisa dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varians, maksimum, minimum, sum, dan range, (Sanusi, 2013:116). Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan data dari masing-masing variabel dalam penelitian (Ghozali, 2011:19).

 

Contoh soal, Perusahaan PT. XXX dengan variabel X1 (GCG), X2 (CSR), X3 (U. KAP), dan Y (Ret. Saham) dengan data tabulasi, sbb:


Pada contoh soal di atas, setelah dilakukan uji Statistik Deskriptif dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 24 akan menghasilkan output, sbb:

Output Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

 

N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Skewness

Kurtosis

Statistic

Statistic

Statistic

Statistic

Statistic

Statistic

Std. Error

Statistic

Std. Error

GCG

35

70,73

92,88

85,3734

4,56358

-,980

,398

2,423

,778

CSR

35

,07

,90

,4543

,27603

,507

,398

-1,034

,778

U. KAP

35

,00

1,00

,8571

,35504

-2,134

,398

2,705

,778

RET. SAHAM

35

-,40

,96

,0814

,33878

,744

,398

,357

,778

Valid N (listwise)

35

 

 

 

 

 

 

 

 

  • Asumsi Std. Deviation:
    • Semakin rendah nilai standar deviasi maka nilai data mendekati mean. Artinya, jika nilai standar deviasinya lebih kecil dari nilai mean, hal ini menunjukkan bahwa nilai mean dapat digunakan sebagai representasi dari keseluruhan data

    • Semakin tinggi nilai standar deviasi maka nilai data jauh dari mean. Artinya, jika nilai standar deviasi lebih besar dari nilai mean berarti nilai mean merupakan representasi yang buruk dari keseluruhan data.

    • Nilai standar deviasi 0 berarti semua nilai data sama dengan nilai mean.

  • Asumsi Skewness dan Kurtois, (Supangat, 2007):
    • Skewness, (Supangat, 2007:121)
      • Jika S> 0, maka kurva dikatakan cenderung condong ke kiri (positif)
      • Jika S= 0, maka kurva dikatakan normal (uniform)
      • Jika Sk < 0, maka kurva dikatakan cenderung condong ke kanan (negatif)
    • Kurtois, (Supangat, 2007:127)
      • Suatu kurva dikatakan runcing (lepto kurtik), jika nilai K > 3
      • Suatu kurva dikatakan normal (meso kurtik), jika nilai K = 3
      • Suatu kurva dikatakan datar (plati kurtik), jika nilai K < 3

Tuesday, July 7, 2020

Rumus Manajemen Laba

Hello.....
Apakabar semua, sehat ya?
Sebelum membahas masalah ini secara lebih rinci, saya akan sedikit jelaskan manajemen
laba  menurut para ahli.
  • Watts dan Zimmerman (1986) menyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika manajer memiliki perilaku discretionary yang berkaitan dengan angka-angka akuntansi dengan atau tanpa batasan dan perilaku ini dapat diadopsi untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
  • Davidson, et al. (2004) menetapkan bahwa manajemen laba adalah proses mengambil langkah-langkah yang disengaja dalam batasan prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk menghasilkan tingkat laba yang diharapkan untuk dilaporkan.
Sebenarnya, cara menghitung Manajemen laba ada banyak, seperti model :
  1. Model Healy, (1985)
  2. Model DeAngelo (1986)
  3. Model Jones, (1991)
  4. Model Modifikasi Jones, Dechow et al. (1995)
  5. Model Industri, Dechow dan Sloan, (1991)
  6. Model Dechow-Dichev, (2002)
  7. Model Kothari, Kothari et al. (2005)
  8. Model Stubben, Stubben (2010)
  9. Model Pendekatan Baru, Dechow et al. (2011)
Pada kesempatan kali ini, saya hanya akan menjelaskan "Model Modifikasi Jones, Dechow et al. (1995)." Pada kesempatan lain, saya akan jelaskan mengenai manajemen laba dengan cara perhitungan yang lain seperti yang sudah saya uraikan.



Model Modifikasi Jones, Dechow et al. (1995)


Dechow et al. (1995) mempertimbangkan versi modifikasi Model Jones dalam analisis empiris. Modifikasi ini dirancang untuk menghilangkan kemungkinan dugaan Model Jones untuk mengukur akrual diskresioner dengan kesalahan ketika diskresi manajemen dilakukan terhadap pendapatan.

Dalam model yang dimodifikasi, akrual non-diskretioner diperkirakan selama periode peristiwa (yaitu, selama periode di mana manajemen laba dihipotesakan. Penyesuaian yang dilakukan terhadap Model Jones asli adalah bahwa perubahan pendapatan disesuaikan dengan perubahan piutang pada periode kejadian.


Model Jones asli secara implisit mengasumsikan bahwa diskresi tidak dilakukan terhadap pendapatan baik dalam periode estimasi atau periode peristiwa.

Udahan ya, capek ngetiknya, langsung aja yaa saya jelaskan cara menghitung Model Modifikasi Jones, Dechow et al. (1995).

Berikut langkah-langkah dalam menghitung Model Modifikasi Jones, Dechow et al. (1995) :

1. Menghitung total accruals (TAC) yaitu laba bersih tahun t dikurangi arus kas operasi tahun t dengan rumus sebagai berikut :







Selanjutnya, total accrual (TA) diestimasi dengan Ordinary Least Square sebagai berikut:

Setelah melakukan regresi Ordinary Least Square (OLS), maka hasil koefisien :



1/Ait-1           =  244879006,3
∆REVit/Ait-1  =  ,829
PPEit/Ait-1     =  ,349

2. Dengan koefisien regresi seperti pada rumus di atas, maka non-discretionary accruals (NDA) ditentukan dengan formula sebagai berikut :




3. Terakhir, setelah mendapatkan nila NDA, selanjutnya adalah mennghitung nilai discretionary accruals (DA) sebagai ukuran manajemen laba ditentukan dengan formula berikut :















Dalam mendeteksi terjadinya manajemen laba menggunakan perhitungan modified jones dengan pendekatan discretionary accrual (DA), dengan ketentuan sebagai berikut,  Endang D. Wahyuni, (2015) :

  1. Jika DA positif, maka terdapat praktik manajemen laba dengan menaikkan laba;
  2. Jika DA negatif, maka terdapat praktik manajemen laba dengan menurunkan laba;
  3. Jika DA Nol maka tidak ada pratik manajemen laba.


*Note :

  • Data di link ini
  • Output Ordinary Least Square dengan SPSS Versi 24
  • Aplikasi SPSS Versi 24 Tersedia Disini
  • Kalo ada pertanyaan lain, DM aja yaa... IG : @sinopsis_11





Daftar Pustaka

Endang Dwi Wahyuni, (2015). HUBUNGAN MANAJEMEN LABA PADA SAAT INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DENGAN KINERJA SAHAM PERUSAHAAN SETELAH IPO, Ekonomika-Bisnis, Vol. 6 No. 2 Bulan Juli Tahun 2015 Hal 139-148, p-ISSN : 2088-6845 e-ISSN : 2442-8604. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jeb

Muslim Har Sani Mohamad Hafiz Majdi Abdul Rashid Fekri Ali Mohammed Shawtari (2012),"Corporate governance and earnings management in Malaysian government linked companies", Asian Review of Accounting, Vol. 20 Iss 3 pp. 241 - 258.

Rizki Istiawati Sunaryo1, Dian Saripujiana, (2018). The effects of information asymmetry, earning management, voluntary disclosure and market value of equity on cost of equity capital, Journal of Economics, Business, and Accountancy Ventura Vol. 21, No. 1, April – July 2018, pages 79 – 88.



Terima Kasih...